Sabtu, 28 November 2009

Sekeping hati untuk Rian

Rian merupakan putra tunggal dari pasangan Bapak dan Ibu Wisesa. Sejak kecil, Rian mendapatkan seluruh perhatian kedua orang tuanya. Akan tetapi semua hal tersebut sama sekali tidak membuatnya bahagia. Ia tumbuh menjadi pemuda dingin yang tidak banyak bicara dan juga keras kepala. Tak seorangpun yang bisa menebak persis apa isi hatinya dan apa yang ia kehendaki. Dikarenakan sifatnya itu pulalah, di usianya yang cukup dewasa, tak sekalipun terlihat ia mengandeng ataupun dekat dengan seorang wanita. Sejak lulus SMU dua tahun yang lalu, Rian hanya sibuk dengan diktat dan pekerjaan sampingan yang ia lakoni seusai jam kuliah sebagai konsultan bangunan di perusahaan ayahnya. Rutinitas biasa dan monoton yang bagi masyarakat awam sangat membosankan.

Dari segi fisik, tidak ada yang salah dengannya. Jika di dunia terdapat charm tester, maka dari point 10, Ryan mendapat nilai 9 untuk keseluruhan tampilan fisik. Namun herannya, tidak ada seorangpun gadis yang berani mendekatinya. Mungkin para gadis enggan mendapatkan penolakan yang pasti akan mereka terima dari laki-laki itu., sehingga mereka merasa cukup hanya dengan mengaguminya saja. Semua yang dipikirkan oleh para gadis putus asa itu, tidak sedikitpun terlintas dalam benak Tiara. Tiara Winata Kusuma adalah putri dari Bapak Winata Kusuma, teman ayah Rian. Di Amerika, sejak kecil Tiara memang sering mendengar nama Rian disebut ketika ayah dan ibunya bercerita tentang keluarga Wisesa. Meskipun demikian, tak sekalipun Tiara bertemu langsung dengan laki-laki itu, sampai pada ketika Tiara terpaksa harus kembali untuk membantu ayahnya membangun perusahaan mereka di Indonesia karena usaha yang dirintis ayahnya di Huston kolebs akibat inflasi.

Sejak pertemuan keluarga Wisesa – Winata Kusuma dalam jamuan makan malam hangat di kediaman keluarga Wisesa, di dalam hatinya, Tiara diam-diam menyimpan kekaguman pada Rian. Rasa kagum yang tersimpan di hati Tiara hanya berbalas tatapan dingin yang tak bersahabat. Meskipun demikian, rasa kagum Tiara tidak hilang begitu saja. Perasaan kagum itu bahkan berkembang menjadi perasaan lain yang membuat jantungnya berdebar hebat setiap kali berada di dekat Rian.

Tiara telah mencoba berbagai cara untuk bisa dekat dengan laki-laki itu. Dari membuatkan kue tart kesukaannya, sampai dengan berdiri berjam-jam di depan kantor Rian hanya untuk makan malam bersama di sebuah kedai sederhana di tepi jalan. Semua yang dilakukan Tiara tampaknya tidak mampu untuk meluluhkan hati Rian yang terlanjur terbuat dari batu. Rian tetap saja menjaga jarak diantara mereka. Tidak sedikitpun hatinya ia buka, bahkan oleh Tiara sekalipun.

Sampai pada ketika, dimana Tiara sudah tidak mampu lagi menyimpan perasaannya kepada Rian. Ia nekad mengutarakan perasaan yang ia pendam pada lelaki itu dengan semua keberanian yang ia miliki. Malang, ia peroleh. Sama seperti para gadis lainnya, Tiara hanya mendapat kekecewaan. Rian menolaknya dengan sikap dingin dan tak bersahabat seperti yang kerap kali ia tunjukan. Sikap itulah yang melukai perasaannya terlalu dalam, sehingga kemudian ia mengambil keputusan untuk melupakan Rian dan mencari lelaki lain. Doni, salah rekan bisnis perusahaan ayah Tiara kemudian muncul dan mengisi hari-hari gadis itu. Di samping Doni Tiara bisa tertawa lepas dan bercerita panjang lebar tentang kesehariannya. Kehadiran Doni membuatnya melupakan Rian Kedekatan mereka, membuat Doni berharap hubungan yang lebih antara dirinya dengan Tiara. Kecantikan dan kelembutan Tiara, membuat Doni berhasrat untuk memilikinya. Akan tetapi, di hati Tiara yang paling dalam, ia tidak bisa melupakan bayang-bayang Rian, laki-laki yang telah mengecewakannya dengan penolakkan.

Kedekatan Tiara dengan Doni membuat Rian merasakan adanya sesuatu yang hilang dari kesehariannya. Ia mulai merindukkan perhatian Tiara yang kini tidak ia rasakan lagi. Rian merasa terlalu ‘aku’ untuk meminta kembali kasih sayang Tiara yang dulu pernah ia tolak dengan kasar. Kini ia hanya bisa menyesali perbuatannya dalam diam. Dua tahun tak terasa berlalu. Hubungan Doni dan Tiara semakin erat dalam jalinan kasih. Sementara Rian, masih sama seperti dahulu. Terkurung dalam kesendirian dan rutinitas ‘kaku’ yang sangat ia nikmati. Sejak mendapat gelar sarjana, Rian fokus pada perusahaan konstruksi yang dirintis oleh ayahnya. Kini ia dipercaya sebagai salah satu motor penggerak Wisesa Coorporation. Hal itu bukan karena ia seorang putra tunggal Wisesa, namun lebih kepada konsistensi yang ia tunjukan selama ini kepada pihak perusahaan.

Rian terhenyak sejenak dari rutinitasnya, saat mengetahui rencana pertunangan Tiara dan Doni akan segera dilaksanakan. Ada sesuatu yang mendadak hilang dari dirinya. Saat menghadiri pesta pertunangan merekapun, Rian masih tidak percaya. Semuanya berlalu begitu cepat. Sesaat sebelum menyematkan cincin pertunangan, Tiara sempat menangkap tatapan mata Rian diantara tamu undangan yang hadir. Sinar matanya tidak lagi dingin seperti dulu, di waktu lelaki itu memutuskan untuk menolaknya. Tiara berusaha menghapus semua kenangan yang seketika muncul di benaknya. Ia menatap Doni yang sekarang berdiri dengan senyum kepadanya. Laki-laki yang ia tahu mencintainya dengan sepenuh hati dan berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakannya.

Rian menatap lekat kebahagiaan yang terpancar dari wajah Doni dan Tiara malam itu. Ia tidak bisa menggambarkan perasaan yang ia rasakan, tapi yang pasti perasaan itu tidak membuatnya merasa nyaman. Peristiwa pertunangan Tiara membuat Rian sadar, betapa banyak kebahagian yang terlewatkan dari hidupnya. Kebahagiaan yang seharusnya dapat ia nikmati, lebih dari rasa bangga ketika ia memenangkan proyek bagi perusahaan atau ucapan selamat dari rekan-rekannya. Mata lelahnya menatap ke luar jendela, menembus kaca seakan ingin mengetahui apa yang disembunyikan malam dalam misteri kegelapannya. Rian menyandarkan punggung tegapnya di sandaran kursi kerja yang saat itu tidak terasa begitu nyaman. Dengan mata terpejam, ia bisa melihat dengan jelas bayangan Tiara yang meneteskan air mata saat mendengar penolakan dingin darinya. Bayangan gadis itu terulang berpuluh-puluh kali dalam slide kelopak matanya. Rian kemudian membuka matanya dan menarik nafas panjang. Kurang lebih tiga tahun semenjak kejadian itu, ia tidak pernah bertemu atau berbicara langsung dengan Tiara. Kalaupun bertemu, mereka hanya menatap sepersekian detik dari jarak sepuluh meter tanpa saling menyapa. Sekarang, Rian merasa Tiara benar-benar pergi.

Seperti biasa, Rian memacu mobilnya menyusuri jalan mulus yang mengantarkannya pulang. Ia melirik jam tangan yang menunjuk hampir pukul setengah satu malam. Langit yang terlihat mendung, kemudian melahirkan titik-titik air yang sesaat menjadi hujan yang deras. Rian berkonsentrasi menjalankan mobilnya dan berusaha awas terhadap beberapa mobil yang mencoba untuk menyelipnya. Di sela derasnya hujan, mata elangnya menangkap sesosok orang yang berdiri di tepi jalan yang sepi dan kehujanan. Ia memacu perlahan mobilnya dan menghampiri orang tersebut. Ternyata orang tersebut wanita dan betapa terkejutnya Rian karena wanita itu merupakan Tiara. Tiara menangis dan terlihat shok. Dengan suara terbata ia bercerita pada Rian bahwa mobil yang ia tumpangi bersama dengan Doni masuk jurang. Ia selamat karena sebelum jatuh, Doni sempat mendorongnya keluar sedangkan Doni sendiri masih terjebak di dalam mobil. Rian merasa ibu melihat darah mengucur dahi Tiara. Laki-laki itu segera membuka pintu mobil untuk Tiara.

Rian berusaha untuk menghibur Tiara yang terlihat begitu histeris mengingat kejadian malam itu. Apalagi Doni dinyatakan tewas oleh pihak kepolisian hasil dari olah TPK sisa ledakan mobil milik Doni. Sejak kejadian itu, Rian lebih banyak meluangkan waktu bersama dengan Tiara. Kesempatan ini sepertinya ingin Rian gunakan untuk menebus kesalahan yang pernah ia lakukan kepada Tiara. Usaha Rian tidak sia-sia. Hubungannya dengan Tiara semakin membaik. Perhatian dan kebaikan yang Rian tunjukkan membuat perasaan yang dulu pernah ada di hati Tiara perlahan-lahan tumbuh dan terpupuk kembali. Mereka melakukan banyak hal menyenangkan bersama yang dulu pernah mereka lewatkan. Rian berencana untuk mengutarakan perasaannya kepada Tiara di malam kasih sayang yang jatuh bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Rian memacu kencang mobilnya menuju ke rumah Tiara. Di tempat itu Rian dikejutkan dengan kehadiran sosok laki-laki yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Rian hanya bisa berdiri terpaku melihat Doni bersama dengan Tiara. Ternyata Doni selamat dari ledakan malam itu. Ia sempat menyelamatkan diri, sesaat setelah mendorong Tiara keluar dari mobil. Ia kemudian ditolong dan dirawat oleh masyarakat sekitar.

Rian berusaha menata hatinya dan memaksa bibirnya untuk melahirkan senyum. Ia tahu, dengan kehadiran Doni di samping Tiara itu berarti ia harus melepaskan genggamannya dari tangan Tiara. Rian mengumpulkan semua kekuatan yang ia miliki untuk mengiklaskan Tiara kembali kepada pemiliknya. Pemilik yang selangkah lagi akan mengikatnya secara utuh.

Sesaat sebelum kepergian Rian, Tiara menatapnya dalam bimbang. Rian berbisik meyakinkan Tiara bahwa Doni laki-laki baik yang bisa membahagiakannya kelak. Tiara diam seribu bahasa. Ia benar-benar dalam kebimbangan besar, meskipun Rian telah menyakinkannya.

Rian menarik nafas panjang sambil menatap lebatnya hujan dari balik jendela kamarnya. Ia telah membulatkan hatinya untuk menerima tawaran dari pihak coorporation sebagai wakil dari pihak perusaahan untuk tugas pengawasan bersama sejumlah orang asing lainnya yang terlibat dalam proyek di Manchaster, UK. Kemungkinan ia akan berada di sana kurang lebih lima tahun sampai kontrak kerjasama antara perusahaan berakhir. Besok pagi, Rian akan pergi meninggalkan Indonesia. Meninggalkan semua kenangan yang pernah membekas di benaknya, dan juga Tiara.

Keberangkatan pesawat terasa sangat lama. Rian tidak sabar lagi ingin segera meninggalkan Indonesia. Ia senang sekali mendengar pesawat yang akan ia tumpangi segera berangkat. Rian bergegas, ia berjalan menuju pintu keberangkatan. Langkahnya terhenti, saat mendengar seseorang berteriak memanggilnya. Ia menoleh dan melihat Tiara berlari ke arahnya. Tiara menatapnya lekat. “Kau akan pergi?” tanyanya tersegal-sengal. Rian mengangguk kecil. Lelaki itu menunduk sesaat. “Maaf...aku tidak bisa hadir di pernikahanmu nanti. Tapi, tulus aku akan mendoakanmu selalu bahagia dalam pernikahanmu” ucap Rian nyaris berbisik. Rian melihat mata Tiara mulai berkaca-kaca. “Mmm...sekarang sudah waktunya. Pesawatku akan segera pergi. Jaga dirimu baik-baik.” Pesan Rian sesaat sebelum melangkah meninggalkan Tiara. “Aku tidak akan menikah tanpa kau...” Rian menghentikan langkahnya, ia menoleh ke arah Tiara. Gadis itu menatapnya “Bagaimana aku akan menikah tanpa seorang pengantin laki-laki?” Rian menyipitkan matanya berfikir, mencoba untuk mengerti maksud Tiara. Tiara menarik nafas panjang “Aku melamarmu, Rian. Kenapa kau masih tidak mengerti juga?. Apa kau akan menolak aku seperti dulu lagi?” Rian tersenyum malu. Ia setengah berlari memeluk Tiara erat. “Hey, bukankah kau akan pergi?”.”Mmm...ditunda. Aku akan pergi ke sana bersamamu.” Rian kembali memeluk Tiara dan Tiara membalas pelukkannya erat. END

Scane Favorite:

Saat Ryan dan Tiara menghabiskan waktu bersama sebelum dan setelah hilangnya Doni.

Kalimat Favorite:

Rian: “Jika waktu bisa kembali terulang, aku tidak tahu apa ada yang bisa ku ubah...karena kusadari aku tidak bisa berubah seperti yang kau mau”

Tiara: “Aku rasa setelah hampir tujuh tahun mengenalmu, hanya satu kesan yang kudapat. Dingin......”

Rian: “Maafkan aku untuk itu...”

Tiara: “Jujur....aku rasa aku menyukaimu...bukan, mencintaimu!.”

Rian: “Begitukah?. Aku tidak....”

Sabtu, 03 Oktober 2009

Ryan Secreat and Obeyement Ring

Ryan Secreat merupakan seorang pemuda berusia 19 tahun, pendiam dan penuh rahasia. Selama 19 tahun ia menjalani kehidupan normal layaknya teman-teman seusia Secreat. Di samping kehidupan normal yang ia jalani, Ryan begitu ia akrab disapa, memiliki kemampuan yang tidak umum untuk pemuda seusianya. Ia dapat mengetahui apa yang sedang difikirkan dan akan dilakukan orang lain serta peristiwa-peristiwa besar yang kemudian terjadi. Semula Ryan bangga akan kelebihan yang ia miliki, namun setelah bertahun-tahun Ryan kemudian merasakan bahwa kelebihan yang ia miliki tidak lebih dari kutukan yang harus ia tanggung seumur hidupnya. Ia tumbuh menjadi pemuda aneh yang sangat tertutup dengan kehidupan pribadinya. Terlebih lagi setelah kematian kedua orang tuanya di tangan rekan bisnis sang ayah yang sudah sejak lama ia ketahui akan terjadi. Sejak kematian kedua orang tuanya, Ryan tinggal bersama seorang pastur di sebuah rumah yang terpencil. Setelah sekian lama, akhirnya Ryan tahu bahwa pastur yang bersamanya selama ini tidak lain dan tidak bukan pamannya sendiri. Alfred merupakan adik kandung dari Ferdinand, ayahnya Ryan. Ia diasingkan dari keluarga besar Secreat karena kelebihan yang ia miliki. Kelebihan yang juga ternyata kemudian dimiliki oleh Ryan. Bersama Alfred, Ryan berpetualang meginjakkan kakinya ke dimensi-dimensi yang dahulu tidak pernah ia bayangkan untuk dikunjungi. Dimensi paralel yang berjalan beriringan dengan dunia dimana ia dan paman Alfred tinggal. Ryan harus membiasakan diri, melihat paman Alfred berubah menjadi seorang laki-laki tua dengan jenggot panjang keperakkan jika telah berada di tempat yang dinamakan Aldios. Suatu tempat netral di luar dimensi yang jaraknya milyaran mil jarak matahari dari ikatan dimensi. Tempat yang hanya bisa dicapai oleh seorang penjaga Aldios yang bertugas menjaga keseimbangan dimensi. Pada ulang tahunnya yang ke 20, barulah Ryan mengetahui bahwa orang-orang sepertinya lahir dengan tujuan sebuah misi rahasia yang dimandatkan dari alam. Tugas yang harus ia emban sebagai penjaga keseimbangan dimensi dengan segala resiko yang juga harus ia tanggung. Sejak kemandatannya diserahkan, Ryan harus bergulat dengan perkara-perkara pelanggaran yang seringkali terjadi antar dimensi dan di dalam dimensi itu sendiri. Sedangkan tugas pengendalian calon-calon aldiostus, calon pengendali dimensi yang tidak menyadari kemampuannya dan secara tidak sadar juga melakukan pelanggaran dengan kemampuan mereka miliki, dilakukan sepenuhnya oleh paman Alfred yang didalam dunia Aldios memegang peran sebagai tutorius aldios.

Dalam dunia nyata, Ryan menjalani perannya sebagai mahasiswa tahun kedua di sebuah universitas di kotanya. Ia juga bekerja paruh waktu sebagai penjaga perpustakaan di pusat kota untuk mencukupi kebutuhannya sekaligus mempelajari pikiran manusia tentang dunia dimensi yang selama ini mereka rasakan namun tidak mereka pahami. Di tempat inilah Ryan bertemu dengan Brittany Edward, seorang mahasiswi eksak yang ingin tahu segala hal. Ketertarikan Brittany pada fenomena alam dan eksakta membuat mereka kemudian menjadi sahabat karib. Brittany bahkan sering berkunjung ke rumah Ryan di akhir pekan. Brittany lah teman pertama dan satu-satunya teman yang Ryan miliki selain paman Alfred. Sama seperti semua orang tua lainnya, tuan Edward ayah Brittany tidak menyukai putrinya bergaul dekat dengan keturunan Secreat yang tersisa. Ia melarang Brittany untuk menemui Ryan dan pamannya yang ia anggap akan memberikan pengaruh buruk pada sang anak. Ryan kemudian harus dihadapkan pada pilihan, menyelamatkan tuan Edward yang di dalam penglihatannya akan mati dibunuh sekelompok mafia atau membiarkannya mati karena ternyata tuan Edward lah yang menjadi otak pembunuhan kedua orang tuanya sepuluh tahun yang lalu. Permasalahan semakin rumit saat kemudian paman Alfred menghilang dan kembali dengan tubuh luka parah karena serangan sekelompok calon aldiotus muda yang membangkang. Mereka diprovokatori oleh Joshepin, eks tutorius aldios yang mencoba untuk membangun dimensi baru yang besar dan megah dengan menggabungkan semua dimensi yang ada menjadi satu kesatuan. Ryan kemudian mengambil keputusan besar dengan melanggar janji Aldiostus muda demi menyelamatkan pamannya. Ia bertarung sendiri melawan Josephin dan antek-anteknya juga menentang para dewan Aldiostus. Ryan seketika menjadi buronan pelanggaran Aldios dan siap untuk dimasukkan kedalam Aldiotorus, sebuah penjara besar yang menyakitkan bagi para pelanggar hukum Aldiostus. Dalam pelariannya, Ryan dibantu oleh seorang determinate. Determinate adalah manusia tanpa kekuatan Aldiostus yang bisa mencari jalan masuk ke dimensi lain dengan rumusan dan aplikasi pikiran manusia itu sendiri. Albert Enstein merupakan salah seorang determinate yang pandai. Ia hampir mencapai pikiran determinate tingkat dua, sampai kebingungan dimensi mengacaukan semua logika dunianya sehingga ia mengalami apa yang manusia sebut sebagai Sindrom Asperger. Leonardo Da Vincci juga disebut-sebut sebagai determinate tingkat tiga jauh sebelum kemunculan Einstein. Ernest, determinate tingkat dua yang membantu Ryan dalam pelariannya membuka rahasia sejarah bahwa Aldios menyimpan sebuah benda pusaka berupa cicin kepatuhan yang bisa mengendalikan semua tindak pelanggaran hukum dimensi yang sepanjang sejarah terjadi. Ryan pun mencoba untuk mencari benda pusaka tersebut dengan mempertaruhkan nyawanya kembali ke Aldios. Ketika kembali ke Aldios, Ryan baru mengetahui bahwa paman Alfred telah ditahan oleh dewan Aldiostus dan dibawa ke penjara Aldiotorus. Keadaannya semakin terjepit, saat Ernest determinate yang membantunya kemudian dibunuh oleh Josephin. Dalam ketidakberdayaannya menghadapi para dewan Aldiostus dan kubu Josephin, Brittany tiba-tiba muncul sebagai dewi penyelamat. Ia membawa Ryan pergi dari Aldios untuk sementara waktu. Ryan selama ini tidak mengetahui bahwa Brittany yang ia kenal ternyata determinate tingkat satu yag memiliki keleluasaan bebas masuk ke dimensi-dimensi Aldios dan ruang Aldios itu sendiri. Dalam tingkatan determinasinya ia bahkan hampir menyamai peran tutor Aldiostus dalam dunia Aldios. Brittany lah yang kemudian membantu Ryan untuk berjuang menjaga keseimbangan dimensi dan mencari cicin kepatuhan yang melegenda dengan kemampuan determinasi yang ia miliki.

Dalam kelanjutannya, petualangan Ryan dan Brittany di dunia Aldios kemudian membawa keduanya ke dimensi lain yang ternyata paralel dengan Aldios. Di dimensi tersebutlah cincin kepatuhan ternyata berada. Ryan harus bersusah payah mendapatkannya karena ternyata cicin tersebut dilindungi oleh penjaga-penjaga yang patuh sepenuhnya pada kekuatan cincin tersebut. Dengan tekad yang kuat dan hati tulus, Ryan akhirnya mendapatkan cincin tersebut. Untuk membawa cincin itu ke dimensinya, Ryan harus berjuang melawan dewan penjaga dimensi tempat cincin itu berada karena cincin itu merupakan pilar utama dimensi tersebut. Berhasilkan Ryan membawan cincin tersebut ke dimensinya dan mengembalikan kepatuhan semua dimensi yang ada didalam Aldios?. Serta bagaimana keadaan paman Alfred di dalam Aldiotorus?. Semua itu bisa dijawab jika skenario ini di filmkan, hehehe....

Kalimat berkesan:

Paman Alfred : “Semua mahluk yang lahir ke dunia, tidak ada yang datang dengan kutukan. Mereka diberkati oleh alam untuk melakukan hal-hal baik demi keseimbangannya. Jangan kau kotori semuanya itu dengan ketidak mengertianmu anak muda...”

Ryan : “Aku sudah lelah dengan semuanya ini, paman. Bisakah aku berhenti?”

Paman Alfred : “Kau bisa berhenti jika kau merasa nyaman dengan ketidak teraturan dan ketidak patuhan, Ryan...”

Ryan : “Kau tahu, ayahmulah yang telah membunuh kedua orang tuaku sepuluh tahun yang lalu Brittany...”

Brittany : “Oh, jadi karena alasan itu kau memutuskan persahabatan kita?. Karena ayahku?. Heh, tidak heran kau tidak bisa menemukan cincin itu...”

Ryan : “Aku mencoba untuk memaafkan...tapi kau tahu itu butuh proses bukan?”

Brittany : “Tidak perlu banyak waktu berfikir untuk sebuah ketulusan, Ryan. Hanya kata “aku sudah mengampunimu”. Itulah kata yang ku ucapkan sewaktu ayah menembak mati ayah dan ibu kandungku, delapan tahun yang lalu...”

Ryan : “Aku hanya ingin melihat semuanya teratur...walaupun seringkali akupun melanggar keteraturan itu. Kedamaian akan terjadi jika semua dimensi hidup dalam harmonisasi yang seimbang...bantu aku mewujudkannya. Kumohon...”

Paman Alfred : “Kau pikir Aldiotorus bisa membunuhku?. Disana hanya tempat yang tidak memiliki keteraturan...kehadiranku mungkin membuatnya sedikit teratur, hehehe...”

Sabtu, 26 September 2009

Life of Lionald Gray

Leonald, seorang pria keturunan Inggris-Amerika yang hampir selama 30 tahun hidupnya tidak memiliki pekerjaan tetap. Ia pria kesepian yang acap kali bosan dengan hidup monoton yang ia jalani dan tidak menunjukan perubahan dari tahun ke tahun. Setiap hari ia berangkat pagi-pagi buta dari rumah dan kembali pulang setelah larut malam dalam keadaan mabuk. Badannya tidak terurus. Jambang yang tumbuh lebat hampir menutupi separuh wajah kokohnya. Sepintas, penampilannya tidak jauh berbeda dengan gelandangan yang seringkali tidur di depan toko-toko klontong pinggiran jalan. Suatu hari, ia merasa sudah sangat bosan dengan hidup yang ia jalani selama ini dan berniat untuk mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari atas sebuah jembatan kota New York. Aksi bunuh diri itu tertunda saat seorang gadis berlari ke arahnya dan mengiba meminta perlindungan dari kejaran segerombol preman. Semula Leonald tidak memperdulikan permohonan sang gadis yang kemudian ia kenal sebagai Lucy. Semula ia pergi meninggalkan gadis itu dan tidak mau terlibat dengannya. Lucy yang panik terus mengekori Leonald, berharap mendapat perlindungan. Alhasil, Leonald yang semula menolak untuk terlibat mau tidak mau akhirnya turut menjadi sasaran para preman yang tadinya mengejar Lucy. Setelah beberapa pukulan keras mengenai rusuk dan wajahnya, Leonaldpun berhasil kabur, menyelamatkan diri dari geng jalanan tersebut.

Lucy, gadis yang ia temui malam itu ternyata sedang memiliki masalah dengan keluarganya dan kabur dari rumah. Didorong oleh perasaan iba, Leonald akhirnya memperbolehkan Lucy untuk menginap di rumah sewaannya selama beberapa hari. Keberadaan Lucy mengubah estetika hidup dan tempat tinggal Leonald seketika. Ruangan kecil yang biasa penuh dengan pakaian kotor dan remah-remah makanan, kini terlihat jauh lebih bersih serta wangi. Tidak ada lagi sarang laba-laba di pojok-pojok dinding atau tumpukan piring kotor yang berhari-hari tidak tercuci. Dalam sekejap rumah itu kembali hidup setelah cukup lama mati suri. Semula, Leonald tidak menyukai perubahan yang dibawa oleh Lucy. Ia tidak terbiasa menemukan dengan mudah barang-barang yang ia cari ataupun melihat perabotan rumahnya bertahun-tahun berserakkan tersusun dengan rapi. Namun lama kelamaan ia mulai terbiasa dengan perubahan itu dan menjadi sangat tergantung pada gadis yang semula ia rencanakan hanya menginap beberapa hari saja di rumahnya.

Lucy sedikit-demi sedikit merubah kebiasaan Leonald. Laki-laki itu perlahan-lahan mengurangi jumlah botol bir yang ia minum dan bungkus rokok yang ia hisap setiap harinya. Nasehat lembut dari bibir Lucy seakan air yang menyirami kegersangan hati Leonald selama ini. Sulit dipercaya, gadis muda yang baru berusia 23 tahun sanggup merubah kehidupan seorang Leonald yang kacau selama bertahun-tahun. Di hadapan Lucy, lidah Leonald selalu kelu untuk mengeluarkan kata-kata bantahan. Meski seringkali hatinya berontak, dan merasa marah karena rasa keakuannya tidak mau diatur siapapun.

Tidak terasa, hampir enam bulan Lucy tinggal bersama Leonald. Selama itu pula, Leonald tidak mengetahui apapun tentang gadis itu selain namanya. Lucypun tidak pernah bercerita panjang lebar tentang dirinya ataupun keluarganya. Leonaldpun tidak mau ambil pusing dengan semua itu. Ia hanya cukup mensyukuri keberadaan Lucy bersamanya dan tidak ingin menuntut lebih. Sampai suatu hari seorang laki-laki muda tiba-tiba datang dan mengetuk pintu rumahnya. Laki-laki itu mengaku sebagai kekasih Lucy yang telah lama mencari keberadaannya. Entah kenapa, sebagian jiwa Leonald seketika mendadak hilang. Perasaan perih yang kemudian muncul, tidak sama dengan saat ia di tinggal pergi oleh ibunya 21 tahun yang lalu. Lebih sakit dan lebih pedih. Perasaan luka yang tidak Leonald ketahui kenapa. Perhatian mereka tertuju pada Lucy yang kemudian datang sambil menenteng sekantong besar belanjaan. Langkah Lucy terhenti. Ia menatap laki-laki yang berdiri di hadapan Leonald, lekat. Sedetik kemudian Leonald menjadi kikuk menyadari berada diantara dua pasang kekasih yang berdiri kaku, saling bertatapan.

Laki-laki yang asing itu bernama Andrew. Dialah alasan Lucy meninggalkan rumah dan menentang kedua orang tuanya, enam bulan yang lalu. Dari Lucy Leonald baru mengetahui bahwa Andrew merupakan seorang pemuda terpelajar dari keluarga yang cukup berada. Leonald jadi bertanya-tanya, kenapa kedua orang tua Lucy menentang hubungan putrinya dengan seorang putra dari sebuah keluarga yang cukup berada?. Bukankah semua orang tua ingin anaknya menikah dengan seorang pria yang mapan dan kaya?. Tidak bisa dipungkiri, kekayaan selalu menjadi tolak ukur kehidupan bahagia manusia di dunia. Uang, kehormatan, prestise merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari hidup manusia. Tidak perduli bagaimana cara mendapatkannya. Meskipun harus melukai orang lain sekalipun.

Leonald menatap sedih saat Lucy membenahi barang-barangnya yang tidak seberapa, dan bersiap untuk pergi. Saat itu ia ingin sekali menangis, namun harga dirinya membuat Leonald meneguk semua kesedihannya dalam-dalam. Ia kembali merasakan perasaan yang pernah ia rasakan 15 tahun yang lalu, ketika ayahnya yang saat itu sakit keras meninggal dengan tragis dalam kesendirian dan perasaan kecewa yang amat dalam. Seperti biasa, akhirnya Leonald menatap kepergian Lucy dalam kepasrahan. Jika biasanya ia tidak bisa berkutik jika berdiri di hadapan Lucy, sekarang lidahnya benar-benar kelu ketika harus berhadapan dengan keadaan. Leonald hanya mampu membalas tatapan Lucy untuk terakhir kalinya dengan kilauan mata tak rela.

Jika dahulu ia harus membiasakan diri dengan perubahan positif yang dibawa oleh Lucy, kini Leonald kembali harus membiasakan diri hidup dalam ritme yang dulu ia lakoni sebelum sosok Lucy hadir di hidupnya. Ia mencoba untuk bisa menikmati hidup yang dulu pernah ia jalani. Entah kenapa, tanpa ia sadari Lucy telah membawa sedikit perubahan dalam dirinya yang membuatnya tidak mampu sepenuhnya hidup seperti dahulu. Dalam ketidakpastian dan kebingungan Leonald tiba-tiba merindukan sosok ibunya. Sosok yang bertahun-tahun ia benci karena meninggalkan dia dan ayahnya berjuang dalam kemiskinan sendiri. Wanita yang membuat ayahnya kecewa dan terluka hingga akhir hayatnya. Ibu tidak pernah memeluk ataupun menggandeng tangannya saat ia merasa takut saat melihat kilatan petir yang dan mendengar suara guntur. Tapi, hati Leonald begitu merindukannya. Setelah kesepian dan terjebak dalam hidup tanpa kepastian selama bertahun-tahun, pada akhirnya Leonald berusaha meyakinkan dirinya untuk mencari sang Ibu.

Leonald membuka kembali kotak barang peninggalan sang ayah yang berdebu di bawah tempat tidurnya. Ia berharap mendapat petunjuk tentang keberadaan Ibunya dari salah satu benda disana. Leonald hanya menemukan sebuah surat usang yang kertasnya telah berubah kecoklatan. Sesaat kemudian, ia membuka amplop tua itu perlahan dan membacanya.

Dear Goerge,

Aku tahu kau dan Leonald akan membenciku selamanya karena aku pergi meninggalkan kalian memilih hidup bersama dengan John. Kau tahu Goerge, selama kurang lebih sembilan tahun aku hidup bersamamu sedikitpun tidak pernah kurasakan kebahagian. Bukan karena kemiskinan yang membelit kebersamaan kita, namun karena ku sadar sepenuhnya hatiku berada di tempat lain dan cintaku bukan untukmu. Aku telah cukup lama menahan penderitaan karena perasaanku, Goerge. Aku merasa tidak tahan lagi untuk menutupi semuanya. Meskipun aku sadar diantara kita telah ada seorang putra, namun Leonald tidak cukup kuat untuk mempertahankan hubungan kita yang sedari awal sudah rapuh.

Sekarang aku hidup bahagia dengan John, kekasih lamaku. Akhir tahun ini kami akan menikah dan menetap di Oklahoma. Aku harap kau mau mengerti dan memaafkan aku.

28 Juli 1982

tertanda

ELIZBETH

Leonald terpaku beberapa saat, memandangi surat yang dibuat dua tahun setelah ibunya pergi. Laki-laki itu mencoba untuk mengumpulkan serpihan kenangan tentang ibunya. Oklahoma, satu-satunya tempat yang terus terlintas di benaknya saat ini. Dengan tekad bulat, Leonald memutuskan untuk mulai mencari Ibunya dari tempat yang tertulis di surat terakhir wanita itu.

Berada di sebuah kota besar yang asing, membuat Leonald bimbang harus memulai pencariannya dari mana. Tidak ada alamat jelas yang ia punya, hanya nama sebuah kota. Setelah berhari-hari mencari keberadaan sang ibu, uang simpanannyapun terkuras habis. Ia harus menghentikan pencariannya untuk sementara waktu dan mencari pekerjaan. Leonald kemudian mendapat pekerjaan sebagai tenaga pengangkut barang di sebuat toko buah-buahan. Karena tidak memiliki tempat tinggal, sang pemilik toko pun mengijinkannya untuk tidur di gudang. Seringnya Leonald mengantar kiriman buah ke salah satu pelanggan tetap toko, membuatnya mengenal laki-laki yang bernama Smith yang kemudian mengajaknya bekerja sebagai supir pribadinya. Di tempat barunya, Leonald memiliki kamar sendiri dengan kasur dan selimut yang hangat. Cukup hangat untuk mengurangi rasa dingin di malam hari yang sering kali muncul, menyiksanya.

Di rumah mewah itu, Leonald hanya mengenal dekat tuan Smith, tukan kebun dan beberapa pelayan yang sering keluar masuk rumah. Sedangkan anggota keluarga lain dan para pelayan di dalam rumah hanya bisa ia lihat dari kejauhan. Sepulang Leonald mengantar tuan Smith dari kantornya, ia merasa sedikit heran melihat kesibukan para pelayan dan tukan kebun yang tidak biasanya. Dari Adrian, si tukang kebun ia mengetahui bahwa beberapa hari lagi salah seorang putra tuan Smith akan melangsungkan pertunangan di rumah itu. Pertunangan yang meriah tentunya. Di sinilah kejutan demi kejutan dialami oleh Leonald. Matthew, putra tuan Smith ternyata bertunangan dengan Lucy, gadis yang dulu pernah tinggal bersama Leonald. Lucy tidak kalah terkejutnya saat melihat Leonald ada di tempat itu, dengan dandanan rapi dan klimis. Pertunangan Matthew membuat Leonald mengenal nyonya Smith yang baru kali itu ia temui. Wanita itu sangat ramah dan bertutur kata lembut. Mengingatkan Leonald kembali pada sosok Ibunya yang sampai saat ini belum ia temukan. Mungkinkah Ibunya selembut nyonya Smith nanti saat ia bertemu dengannya, tanya Leonald dalam hati.

Sejak pesta pertunangan itu, Leonald menjadi dekat dengan nyonya Smith. Bahkan seringkali Leonald merasa menjadi supir pribadi wanita itu, bukan suaminya. Pada nyonya Smith lah pertama kalinya ia bercerita bahwa kedatangannya ke Oklahoma untuk mencari ibunya. Wanita itu kemudian dengan senang hati menawarkan diri untuk membantunya.

Alur kehidupan Leonald menjadi rumit, saat Lucy menyadari telah lama mencintainya sejak kepergiannya dari rumah Leonald setahun yang lalu. Leonald tidak bisa berkata apa-apa, karena Lucy sekarang telah menjadi tunangan putra tuannya dan sebentar lagi akan menikah. Kerumitan itu semakin bertambah, saat hubungan Matthew dan Lucy menjadi semakin tidak harmonis dan Matthew mulai mencurigai Leonald sebagai penyebabnya. Saat klimaks semakin kompleks, keadaan sudah tidak terkendali oleh rasa cemburu dan amarah yang semakin memuncak, Matthew menghasut ayahnya untuk memecat Leonald dengan menyodorkan bukti foto kedekatan Leonald dan Lucy. Tuan Smith yang mulai terhasut, menjukkan ketidak senangannya pada Leonald. Ia mulai mencari-cari alasan untuk memecat laki-laki itu. Matthew yang licik, menyabotase alasan pemecatan Leonald. Ia dengan sengaja menaruh jam tangan mahal miliknya di kamar Leonald dan menuduh pemuda itu lah yang mencurinya. Tuan Smith marah besar. Ia langsung mengusir Leonard pergi. Nyonya Smith bertengkar hebat dengan suaminya karena keputusan tersebut. Sesaat sebelum kepergian Leonald, nyonya Smith membuka rahasia mengejutkan yang selama ini ia simpan. Ia membeberkan bahwa Leonald adalah putra kadung nyonya Smith dari Goerge, suami pertamanya. Leonald sempat tidak percaya pada pengakuan nyonya Smith. Namun bukti berupa foto-foto masa lalu nyonya Smith bersama Goerge, ayah Leonald dan Leonald kecil meyakinkan dirinya. Leonald diam terpaku. Tubuhnya gemetar, memandang setiap orang yang berdiri di tempat itu. Matthew, Bibi Margareth, tuan Smith, Lucy yang hampir tak kuasa menahan diri untuk tidak memeluknya dan terakhir nyonya Smith. Wanita itu meneteskan air mata yang sesaat kemudian menjadi isak tangis. Ia menatap kasih kepada darah daging yang selama dua puluh tahun ini tidak pernah ia dekap dalam pelukannya. Mata Leonald terasa panas. Ia berusaha menahan laju air mata yang mulai meruntuhkan kegagahannya sebagai lelaki. “Aku telah lama mencari ibu, dan sekarang aku melihat ibu di hadapanku. Itu sudah lebih dari cukup, Bu. Sekarang aku dapat kembali melanjutkan hidupku dengan membawa bayang-bayang wajah ibu yang kini bisa kuingat dengan jelas. Terima kasih banyak untuk semuanya”. Leonald menatap wajah mereka sesaat, lalu kemudian pergi.

Beberapa saat setelah kepergian Leonald, Lucy dan nyonya Smith mencari keberadaan Leonald di New York. Pencarian mereka sia-sia, karena Leonald telah lama tidak menetap di rumah sewaan itu lagi. Nyonya Smith dan Lucy kembali ke Oklahoma dengan perasaan kecewa. Dari salah seorang pegawai toko, tempat Leonald dulu bekerja, diketahui bahwa sekarang Leonald tinggal di salah satu desa yang letaknya tidak jauh dari Oklahoma. Ia bekerja di perkebunan, sebagai buruh pemetik apel. Tanpa menunda, Lucy, Nyonya Smith dan kali ini bersama tuan Smith yang merasa menyesal telah mengusir Leonald pergi, kembali untuk menjemputnya pulang. Setelah bersusah payah mencari alamat yang dimaksud, sampailah mereka di sebuah perkebunan kecil di tepian desa. Salah seorang buruh menunjukkan keberadaan Leonald. Nyonya Smith menangis miris melihat keadaan putranya yang terkulai lemah dengan tubuh mengigil di atas dipan tua dengan alas selembar kain tipis. Leonald hanya bisa melemparkan tatapan sayu menyambut kedatangan mereka. Bibir pucatnya tidak lagi mampu tersenyum. Lucy coba menyembunyikan air matanya di balik tubuh kekar tuan Smith. Nyonya Smith memeluk putranya erat dan terisak.

Sebulan kemudian, segalanya berubah. Leonald telah lama sembuh dari sakitnya, dan ia menerima tawaran nyonya serta tuan Smith untuk tinggal bersama dengan mereka. Menyadari Lucy tak mencintainya, Matthew akhirnya melepas Lucy dan mengiklaskannya menikah dengan Leonald, kakak tirinya. Kini kebahagian Leonald telah lengkap. Ia tidak hanya mendapatkan ibunya kembali, namun juga seorang ayah, keluarga baru dan seorang istri yang sangat mencintainya. Kehidupannya yang dulu sepi dan membosankan sekarang telah hidup serta penuh warna. Warna kebahagiaan yang lama tak pernah ia kecap. --End--




Kalimat yang paling berkesan:

Lucy :“Apa yang kau kagumi dari pelangi?. Macam warnanya kan?. Itulah yang membuatnya indah...”

Leonald :“Heh, aku tidak pernah merasa bahwa pelangi itu indah, karena dalam hidupku aku hanya mengenal satu warna yaitu abu-abu”

Lucy :”Orang yang hidup dan benar-benar hidup adalah orang yang lebih banyak melihat ke depan dari pada masa lalu...”

Lucy :”Meski kau tidak sayang dengan hidupmu, tapi kau perlu sedikit berbelas kasih pada tubuhmu. Jika aku tubuhmu, aku akan berontak dan berteriak marah setiap kali kau jejali aku dengan alkohol dan asap rokokmu...”

Ny. Smith: “Terkadang orang yang kuat tidak harus terlahir kuat, namun waktu, keaadan, dan banyaknya penderitaan yang ia lalui membuat orang itu tanpa ia sadari menjadi kuat...”

Leonald :”Penderitaan membuatku lupa bagaimana rasanya bahagia. Kebahagiaan bagiku adalah rasa sepi dan terabaikan...”

Tuan Smith:”Leon, kau harus memberi kami dan dirimu kesempatan untuk memperbaiki segala hal yang telah terjadi. Jika kita bisa kembali ke masa lalu, saya sendiri yang akan mencoret nama saya dari garis kehidupan kalian. Kau dan ayahmu. Namun kita semua tahu itu tidak akan mungkin terjadi, bukan?. Bijaksanalah, Leon. Tidak ada yang tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya...”

Kalimat-kalimat romantis:

Lucy :”Berhentilah untuk lari dariku. Aku sudah terlalu lelah mengejarmu, memikirkanmu, merindukanmu dan semua sandiwara ini. Aku ingin bebas mencintaimu, Leonald. Bisakah kau memberiku sedikit ruang diantara luka hatimu?.

Leonald :”Bukankah hatimu sudah terisi oleh cinta Andrew dan Matthew?”

Lucy :Gadis itu tersenyum senang ”Apakah ini artinya kau cemburu?. Aku harap, iya.”

Leonald :”Itu bukan jawaban”. Lucy mendekati Leonald dan mengecup lembut bibirnya.

Lucy :”Aku telah memberimu jawaban...”

Lucy : Menangis terisak “Kau laki-laki kaku yang menyebalkan. Aku membencimu...” Lucy meraung sambil memukul dada Leonald

Leonald : Ia berusaha menenangkan amarah Lucy “Aku tidak bisa mengatakan kalimat itu...” bisiknya lembut. Lucy kemudian menghentikan pukulannya dan hanya terisak di pelukan Leonald. “Kita sekarang berbeda. Kau akan menjadi istri dari anak majikanku. Perasaan yang kurasakan kepadamu kemudian hanya perasaan hormat dan akan selamanya begitu...”

Lucy :”Kenapa kau terlalu pelit, bahkan untuk mengucapkan kata aku mencintaimupun kau tidak bersedia. Bukankah sekarang kau telah menjadi suamiku?”

Leonald :”Bukankah kau tahu semua isi hatiku, lalu kenapa harus kembali ku ucapkan hal yang sebenarnya kaupun tahu?.”

Lucy :Lucy tersenyum dan bangkit berdiri ”Kadang kala ucapan menegaskan apa yang dirasakan seseorang di dalam hatinya. Ucapan memberi keyakinan kepada orang lain bahwa apa yang dirasakan oleh orang tersebut benaar-benar sungguh...”

Leonald :”Kau mau aku bagaimana?”

Lucy :”Jangan tanya padaku, tanyakan pada hatimu...” Leonald diam. Ia menatap Lucy sambil mempertimbangkan ucapannya.

Leonald :Ia kemudian bangkit berdiri, memeluk punggung Lucy, mengecup keningnya sembari berbisik “Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Aku ingin menghabiskan hidupku bersamamu. Terima kasih telah mencintai aku" Leonald kembali mengecup kening Lucy mesra.

Scane favorite:

Saat Lucy dan Leonald tinggal satu rumah, seringkali tidak cocok dan bertengkar.

Pertemuan Lucy dan Leonald kembali

Saat Lucy menyatakan cintanya

Saat Leonald diusir dari rumah tuan Smith

Pertemuan kembali di perkebunan

Ending pernikahan Leonald dan Lucy