Sabtu, 26 September 2009

Life of Lionald Gray

Leonald, seorang pria keturunan Inggris-Amerika yang hampir selama 30 tahun hidupnya tidak memiliki pekerjaan tetap. Ia pria kesepian yang acap kali bosan dengan hidup monoton yang ia jalani dan tidak menunjukan perubahan dari tahun ke tahun. Setiap hari ia berangkat pagi-pagi buta dari rumah dan kembali pulang setelah larut malam dalam keadaan mabuk. Badannya tidak terurus. Jambang yang tumbuh lebat hampir menutupi separuh wajah kokohnya. Sepintas, penampilannya tidak jauh berbeda dengan gelandangan yang seringkali tidur di depan toko-toko klontong pinggiran jalan. Suatu hari, ia merasa sudah sangat bosan dengan hidup yang ia jalani selama ini dan berniat untuk mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari atas sebuah jembatan kota New York. Aksi bunuh diri itu tertunda saat seorang gadis berlari ke arahnya dan mengiba meminta perlindungan dari kejaran segerombol preman. Semula Leonald tidak memperdulikan permohonan sang gadis yang kemudian ia kenal sebagai Lucy. Semula ia pergi meninggalkan gadis itu dan tidak mau terlibat dengannya. Lucy yang panik terus mengekori Leonald, berharap mendapat perlindungan. Alhasil, Leonald yang semula menolak untuk terlibat mau tidak mau akhirnya turut menjadi sasaran para preman yang tadinya mengejar Lucy. Setelah beberapa pukulan keras mengenai rusuk dan wajahnya, Leonaldpun berhasil kabur, menyelamatkan diri dari geng jalanan tersebut.

Lucy, gadis yang ia temui malam itu ternyata sedang memiliki masalah dengan keluarganya dan kabur dari rumah. Didorong oleh perasaan iba, Leonald akhirnya memperbolehkan Lucy untuk menginap di rumah sewaannya selama beberapa hari. Keberadaan Lucy mengubah estetika hidup dan tempat tinggal Leonald seketika. Ruangan kecil yang biasa penuh dengan pakaian kotor dan remah-remah makanan, kini terlihat jauh lebih bersih serta wangi. Tidak ada lagi sarang laba-laba di pojok-pojok dinding atau tumpukan piring kotor yang berhari-hari tidak tercuci. Dalam sekejap rumah itu kembali hidup setelah cukup lama mati suri. Semula, Leonald tidak menyukai perubahan yang dibawa oleh Lucy. Ia tidak terbiasa menemukan dengan mudah barang-barang yang ia cari ataupun melihat perabotan rumahnya bertahun-tahun berserakkan tersusun dengan rapi. Namun lama kelamaan ia mulai terbiasa dengan perubahan itu dan menjadi sangat tergantung pada gadis yang semula ia rencanakan hanya menginap beberapa hari saja di rumahnya.

Lucy sedikit-demi sedikit merubah kebiasaan Leonald. Laki-laki itu perlahan-lahan mengurangi jumlah botol bir yang ia minum dan bungkus rokok yang ia hisap setiap harinya. Nasehat lembut dari bibir Lucy seakan air yang menyirami kegersangan hati Leonald selama ini. Sulit dipercaya, gadis muda yang baru berusia 23 tahun sanggup merubah kehidupan seorang Leonald yang kacau selama bertahun-tahun. Di hadapan Lucy, lidah Leonald selalu kelu untuk mengeluarkan kata-kata bantahan. Meski seringkali hatinya berontak, dan merasa marah karena rasa keakuannya tidak mau diatur siapapun.

Tidak terasa, hampir enam bulan Lucy tinggal bersama Leonald. Selama itu pula, Leonald tidak mengetahui apapun tentang gadis itu selain namanya. Lucypun tidak pernah bercerita panjang lebar tentang dirinya ataupun keluarganya. Leonaldpun tidak mau ambil pusing dengan semua itu. Ia hanya cukup mensyukuri keberadaan Lucy bersamanya dan tidak ingin menuntut lebih. Sampai suatu hari seorang laki-laki muda tiba-tiba datang dan mengetuk pintu rumahnya. Laki-laki itu mengaku sebagai kekasih Lucy yang telah lama mencari keberadaannya. Entah kenapa, sebagian jiwa Leonald seketika mendadak hilang. Perasaan perih yang kemudian muncul, tidak sama dengan saat ia di tinggal pergi oleh ibunya 21 tahun yang lalu. Lebih sakit dan lebih pedih. Perasaan luka yang tidak Leonald ketahui kenapa. Perhatian mereka tertuju pada Lucy yang kemudian datang sambil menenteng sekantong besar belanjaan. Langkah Lucy terhenti. Ia menatap laki-laki yang berdiri di hadapan Leonald, lekat. Sedetik kemudian Leonald menjadi kikuk menyadari berada diantara dua pasang kekasih yang berdiri kaku, saling bertatapan.

Laki-laki yang asing itu bernama Andrew. Dialah alasan Lucy meninggalkan rumah dan menentang kedua orang tuanya, enam bulan yang lalu. Dari Lucy Leonald baru mengetahui bahwa Andrew merupakan seorang pemuda terpelajar dari keluarga yang cukup berada. Leonald jadi bertanya-tanya, kenapa kedua orang tua Lucy menentang hubungan putrinya dengan seorang putra dari sebuah keluarga yang cukup berada?. Bukankah semua orang tua ingin anaknya menikah dengan seorang pria yang mapan dan kaya?. Tidak bisa dipungkiri, kekayaan selalu menjadi tolak ukur kehidupan bahagia manusia di dunia. Uang, kehormatan, prestise merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari hidup manusia. Tidak perduli bagaimana cara mendapatkannya. Meskipun harus melukai orang lain sekalipun.

Leonald menatap sedih saat Lucy membenahi barang-barangnya yang tidak seberapa, dan bersiap untuk pergi. Saat itu ia ingin sekali menangis, namun harga dirinya membuat Leonald meneguk semua kesedihannya dalam-dalam. Ia kembali merasakan perasaan yang pernah ia rasakan 15 tahun yang lalu, ketika ayahnya yang saat itu sakit keras meninggal dengan tragis dalam kesendirian dan perasaan kecewa yang amat dalam. Seperti biasa, akhirnya Leonald menatap kepergian Lucy dalam kepasrahan. Jika biasanya ia tidak bisa berkutik jika berdiri di hadapan Lucy, sekarang lidahnya benar-benar kelu ketika harus berhadapan dengan keadaan. Leonald hanya mampu membalas tatapan Lucy untuk terakhir kalinya dengan kilauan mata tak rela.

Jika dahulu ia harus membiasakan diri dengan perubahan positif yang dibawa oleh Lucy, kini Leonald kembali harus membiasakan diri hidup dalam ritme yang dulu ia lakoni sebelum sosok Lucy hadir di hidupnya. Ia mencoba untuk bisa menikmati hidup yang dulu pernah ia jalani. Entah kenapa, tanpa ia sadari Lucy telah membawa sedikit perubahan dalam dirinya yang membuatnya tidak mampu sepenuhnya hidup seperti dahulu. Dalam ketidakpastian dan kebingungan Leonald tiba-tiba merindukan sosok ibunya. Sosok yang bertahun-tahun ia benci karena meninggalkan dia dan ayahnya berjuang dalam kemiskinan sendiri. Wanita yang membuat ayahnya kecewa dan terluka hingga akhir hayatnya. Ibu tidak pernah memeluk ataupun menggandeng tangannya saat ia merasa takut saat melihat kilatan petir yang dan mendengar suara guntur. Tapi, hati Leonald begitu merindukannya. Setelah kesepian dan terjebak dalam hidup tanpa kepastian selama bertahun-tahun, pada akhirnya Leonald berusaha meyakinkan dirinya untuk mencari sang Ibu.

Leonald membuka kembali kotak barang peninggalan sang ayah yang berdebu di bawah tempat tidurnya. Ia berharap mendapat petunjuk tentang keberadaan Ibunya dari salah satu benda disana. Leonald hanya menemukan sebuah surat usang yang kertasnya telah berubah kecoklatan. Sesaat kemudian, ia membuka amplop tua itu perlahan dan membacanya.

Dear Goerge,

Aku tahu kau dan Leonald akan membenciku selamanya karena aku pergi meninggalkan kalian memilih hidup bersama dengan John. Kau tahu Goerge, selama kurang lebih sembilan tahun aku hidup bersamamu sedikitpun tidak pernah kurasakan kebahagian. Bukan karena kemiskinan yang membelit kebersamaan kita, namun karena ku sadar sepenuhnya hatiku berada di tempat lain dan cintaku bukan untukmu. Aku telah cukup lama menahan penderitaan karena perasaanku, Goerge. Aku merasa tidak tahan lagi untuk menutupi semuanya. Meskipun aku sadar diantara kita telah ada seorang putra, namun Leonald tidak cukup kuat untuk mempertahankan hubungan kita yang sedari awal sudah rapuh.

Sekarang aku hidup bahagia dengan John, kekasih lamaku. Akhir tahun ini kami akan menikah dan menetap di Oklahoma. Aku harap kau mau mengerti dan memaafkan aku.

28 Juli 1982

tertanda

ELIZBETH

Leonald terpaku beberapa saat, memandangi surat yang dibuat dua tahun setelah ibunya pergi. Laki-laki itu mencoba untuk mengumpulkan serpihan kenangan tentang ibunya. Oklahoma, satu-satunya tempat yang terus terlintas di benaknya saat ini. Dengan tekad bulat, Leonald memutuskan untuk mulai mencari Ibunya dari tempat yang tertulis di surat terakhir wanita itu.

Berada di sebuah kota besar yang asing, membuat Leonald bimbang harus memulai pencariannya dari mana. Tidak ada alamat jelas yang ia punya, hanya nama sebuah kota. Setelah berhari-hari mencari keberadaan sang ibu, uang simpanannyapun terkuras habis. Ia harus menghentikan pencariannya untuk sementara waktu dan mencari pekerjaan. Leonald kemudian mendapat pekerjaan sebagai tenaga pengangkut barang di sebuat toko buah-buahan. Karena tidak memiliki tempat tinggal, sang pemilik toko pun mengijinkannya untuk tidur di gudang. Seringnya Leonald mengantar kiriman buah ke salah satu pelanggan tetap toko, membuatnya mengenal laki-laki yang bernama Smith yang kemudian mengajaknya bekerja sebagai supir pribadinya. Di tempat barunya, Leonald memiliki kamar sendiri dengan kasur dan selimut yang hangat. Cukup hangat untuk mengurangi rasa dingin di malam hari yang sering kali muncul, menyiksanya.

Di rumah mewah itu, Leonald hanya mengenal dekat tuan Smith, tukan kebun dan beberapa pelayan yang sering keluar masuk rumah. Sedangkan anggota keluarga lain dan para pelayan di dalam rumah hanya bisa ia lihat dari kejauhan. Sepulang Leonald mengantar tuan Smith dari kantornya, ia merasa sedikit heran melihat kesibukan para pelayan dan tukan kebun yang tidak biasanya. Dari Adrian, si tukang kebun ia mengetahui bahwa beberapa hari lagi salah seorang putra tuan Smith akan melangsungkan pertunangan di rumah itu. Pertunangan yang meriah tentunya. Di sinilah kejutan demi kejutan dialami oleh Leonald. Matthew, putra tuan Smith ternyata bertunangan dengan Lucy, gadis yang dulu pernah tinggal bersama Leonald. Lucy tidak kalah terkejutnya saat melihat Leonald ada di tempat itu, dengan dandanan rapi dan klimis. Pertunangan Matthew membuat Leonald mengenal nyonya Smith yang baru kali itu ia temui. Wanita itu sangat ramah dan bertutur kata lembut. Mengingatkan Leonald kembali pada sosok Ibunya yang sampai saat ini belum ia temukan. Mungkinkah Ibunya selembut nyonya Smith nanti saat ia bertemu dengannya, tanya Leonald dalam hati.

Sejak pesta pertunangan itu, Leonald menjadi dekat dengan nyonya Smith. Bahkan seringkali Leonald merasa menjadi supir pribadi wanita itu, bukan suaminya. Pada nyonya Smith lah pertama kalinya ia bercerita bahwa kedatangannya ke Oklahoma untuk mencari ibunya. Wanita itu kemudian dengan senang hati menawarkan diri untuk membantunya.

Alur kehidupan Leonald menjadi rumit, saat Lucy menyadari telah lama mencintainya sejak kepergiannya dari rumah Leonald setahun yang lalu. Leonald tidak bisa berkata apa-apa, karena Lucy sekarang telah menjadi tunangan putra tuannya dan sebentar lagi akan menikah. Kerumitan itu semakin bertambah, saat hubungan Matthew dan Lucy menjadi semakin tidak harmonis dan Matthew mulai mencurigai Leonald sebagai penyebabnya. Saat klimaks semakin kompleks, keadaan sudah tidak terkendali oleh rasa cemburu dan amarah yang semakin memuncak, Matthew menghasut ayahnya untuk memecat Leonald dengan menyodorkan bukti foto kedekatan Leonald dan Lucy. Tuan Smith yang mulai terhasut, menjukkan ketidak senangannya pada Leonald. Ia mulai mencari-cari alasan untuk memecat laki-laki itu. Matthew yang licik, menyabotase alasan pemecatan Leonald. Ia dengan sengaja menaruh jam tangan mahal miliknya di kamar Leonald dan menuduh pemuda itu lah yang mencurinya. Tuan Smith marah besar. Ia langsung mengusir Leonard pergi. Nyonya Smith bertengkar hebat dengan suaminya karena keputusan tersebut. Sesaat sebelum kepergian Leonald, nyonya Smith membuka rahasia mengejutkan yang selama ini ia simpan. Ia membeberkan bahwa Leonald adalah putra kadung nyonya Smith dari Goerge, suami pertamanya. Leonald sempat tidak percaya pada pengakuan nyonya Smith. Namun bukti berupa foto-foto masa lalu nyonya Smith bersama Goerge, ayah Leonald dan Leonald kecil meyakinkan dirinya. Leonald diam terpaku. Tubuhnya gemetar, memandang setiap orang yang berdiri di tempat itu. Matthew, Bibi Margareth, tuan Smith, Lucy yang hampir tak kuasa menahan diri untuk tidak memeluknya dan terakhir nyonya Smith. Wanita itu meneteskan air mata yang sesaat kemudian menjadi isak tangis. Ia menatap kasih kepada darah daging yang selama dua puluh tahun ini tidak pernah ia dekap dalam pelukannya. Mata Leonald terasa panas. Ia berusaha menahan laju air mata yang mulai meruntuhkan kegagahannya sebagai lelaki. “Aku telah lama mencari ibu, dan sekarang aku melihat ibu di hadapanku. Itu sudah lebih dari cukup, Bu. Sekarang aku dapat kembali melanjutkan hidupku dengan membawa bayang-bayang wajah ibu yang kini bisa kuingat dengan jelas. Terima kasih banyak untuk semuanya”. Leonald menatap wajah mereka sesaat, lalu kemudian pergi.

Beberapa saat setelah kepergian Leonald, Lucy dan nyonya Smith mencari keberadaan Leonald di New York. Pencarian mereka sia-sia, karena Leonald telah lama tidak menetap di rumah sewaan itu lagi. Nyonya Smith dan Lucy kembali ke Oklahoma dengan perasaan kecewa. Dari salah seorang pegawai toko, tempat Leonald dulu bekerja, diketahui bahwa sekarang Leonald tinggal di salah satu desa yang letaknya tidak jauh dari Oklahoma. Ia bekerja di perkebunan, sebagai buruh pemetik apel. Tanpa menunda, Lucy, Nyonya Smith dan kali ini bersama tuan Smith yang merasa menyesal telah mengusir Leonald pergi, kembali untuk menjemputnya pulang. Setelah bersusah payah mencari alamat yang dimaksud, sampailah mereka di sebuah perkebunan kecil di tepian desa. Salah seorang buruh menunjukkan keberadaan Leonald. Nyonya Smith menangis miris melihat keadaan putranya yang terkulai lemah dengan tubuh mengigil di atas dipan tua dengan alas selembar kain tipis. Leonald hanya bisa melemparkan tatapan sayu menyambut kedatangan mereka. Bibir pucatnya tidak lagi mampu tersenyum. Lucy coba menyembunyikan air matanya di balik tubuh kekar tuan Smith. Nyonya Smith memeluk putranya erat dan terisak.

Sebulan kemudian, segalanya berubah. Leonald telah lama sembuh dari sakitnya, dan ia menerima tawaran nyonya serta tuan Smith untuk tinggal bersama dengan mereka. Menyadari Lucy tak mencintainya, Matthew akhirnya melepas Lucy dan mengiklaskannya menikah dengan Leonald, kakak tirinya. Kini kebahagian Leonald telah lengkap. Ia tidak hanya mendapatkan ibunya kembali, namun juga seorang ayah, keluarga baru dan seorang istri yang sangat mencintainya. Kehidupannya yang dulu sepi dan membosankan sekarang telah hidup serta penuh warna. Warna kebahagiaan yang lama tak pernah ia kecap. --End--




Kalimat yang paling berkesan:

Lucy :“Apa yang kau kagumi dari pelangi?. Macam warnanya kan?. Itulah yang membuatnya indah...”

Leonald :“Heh, aku tidak pernah merasa bahwa pelangi itu indah, karena dalam hidupku aku hanya mengenal satu warna yaitu abu-abu”

Lucy :”Orang yang hidup dan benar-benar hidup adalah orang yang lebih banyak melihat ke depan dari pada masa lalu...”

Lucy :”Meski kau tidak sayang dengan hidupmu, tapi kau perlu sedikit berbelas kasih pada tubuhmu. Jika aku tubuhmu, aku akan berontak dan berteriak marah setiap kali kau jejali aku dengan alkohol dan asap rokokmu...”

Ny. Smith: “Terkadang orang yang kuat tidak harus terlahir kuat, namun waktu, keaadan, dan banyaknya penderitaan yang ia lalui membuat orang itu tanpa ia sadari menjadi kuat...”

Leonald :”Penderitaan membuatku lupa bagaimana rasanya bahagia. Kebahagiaan bagiku adalah rasa sepi dan terabaikan...”

Tuan Smith:”Leon, kau harus memberi kami dan dirimu kesempatan untuk memperbaiki segala hal yang telah terjadi. Jika kita bisa kembali ke masa lalu, saya sendiri yang akan mencoret nama saya dari garis kehidupan kalian. Kau dan ayahmu. Namun kita semua tahu itu tidak akan mungkin terjadi, bukan?. Bijaksanalah, Leon. Tidak ada yang tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya...”

Kalimat-kalimat romantis:

Lucy :”Berhentilah untuk lari dariku. Aku sudah terlalu lelah mengejarmu, memikirkanmu, merindukanmu dan semua sandiwara ini. Aku ingin bebas mencintaimu, Leonald. Bisakah kau memberiku sedikit ruang diantara luka hatimu?.

Leonald :”Bukankah hatimu sudah terisi oleh cinta Andrew dan Matthew?”

Lucy :Gadis itu tersenyum senang ”Apakah ini artinya kau cemburu?. Aku harap, iya.”

Leonald :”Itu bukan jawaban”. Lucy mendekati Leonald dan mengecup lembut bibirnya.

Lucy :”Aku telah memberimu jawaban...”

Lucy : Menangis terisak “Kau laki-laki kaku yang menyebalkan. Aku membencimu...” Lucy meraung sambil memukul dada Leonald

Leonald : Ia berusaha menenangkan amarah Lucy “Aku tidak bisa mengatakan kalimat itu...” bisiknya lembut. Lucy kemudian menghentikan pukulannya dan hanya terisak di pelukan Leonald. “Kita sekarang berbeda. Kau akan menjadi istri dari anak majikanku. Perasaan yang kurasakan kepadamu kemudian hanya perasaan hormat dan akan selamanya begitu...”

Lucy :”Kenapa kau terlalu pelit, bahkan untuk mengucapkan kata aku mencintaimupun kau tidak bersedia. Bukankah sekarang kau telah menjadi suamiku?”

Leonald :”Bukankah kau tahu semua isi hatiku, lalu kenapa harus kembali ku ucapkan hal yang sebenarnya kaupun tahu?.”

Lucy :Lucy tersenyum dan bangkit berdiri ”Kadang kala ucapan menegaskan apa yang dirasakan seseorang di dalam hatinya. Ucapan memberi keyakinan kepada orang lain bahwa apa yang dirasakan oleh orang tersebut benaar-benar sungguh...”

Leonald :”Kau mau aku bagaimana?”

Lucy :”Jangan tanya padaku, tanyakan pada hatimu...” Leonald diam. Ia menatap Lucy sambil mempertimbangkan ucapannya.

Leonald :Ia kemudian bangkit berdiri, memeluk punggung Lucy, mengecup keningnya sembari berbisik “Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Aku ingin menghabiskan hidupku bersamamu. Terima kasih telah mencintai aku" Leonald kembali mengecup kening Lucy mesra.

Scane favorite:

Saat Lucy dan Leonald tinggal satu rumah, seringkali tidak cocok dan bertengkar.

Pertemuan Lucy dan Leonald kembali

Saat Lucy menyatakan cintanya

Saat Leonald diusir dari rumah tuan Smith

Pertemuan kembali di perkebunan

Ending pernikahan Leonald dan Lucy

1 komentar: